Nah, pada kesempatan ini, saya tidak akan mengulas tentang friendly
match dini hari nanti. Saya lebih tertarik untuk membahas tentang tim
terbaik Brazil dan Italia sepanjang masa. Bagaimana jika kedua tim
impian (versi saya) tersebut dipertemukan? Siapakah yang terbaik di
antara keduanya?
Tim Impian Brazil
Goalkeeper: Gilmar
Gilmar mungkin adalah satu-satunya kiper kelas dunia yang pernah
dilahirkan Brazil. Dua kali mengantarkan tim Samba juara dunia (1958 dan
1962) adalah prestasi tertingginya. Selain itu, di tingkat klub, dia
berhasil membawa Santos dua kali menjuarai Intercontinental Cup dengan
memecundangi Benfica dan AC Milan di tahun 1960an.
Right Back: Carlos Alberto Torres
Sejak jaman dulu, Brazil adalah gudangnya bek kanan jempolan. Oleh
karena itu, agak sulit memilih salah satu dari Djalma Santos, Carlos
Alberto Torres, Jorginho, Cafu, Maicon, atau Daniel Alves. Jika akhirnya
muncul nama Carlos Alberto, itu tak lain karena penampilan
spektakulernya sebagai kapten tim Samba di World Cup 1970.
Centre Back: Domingos Da Guia
Domingos Da Guia adalah salah satu bek tengah terbaik yang pernah
dimiliki Brazil. Meskipun tidak berhasil membawa tim Samba menjuarai
World Cup 1938, pemain yang dijuluki sebagai “the Divine Master” ini
mencatatkan namanya dalam honorable mentions Brazil Football Museum Hall
of Fame.
Centre Back: Hilderaldo Bellini
Hilderaldo Bellini adalah kapten tim Brazil saat pertama kali menjadi
juara dunia. Bersama Djalma Santos di kanan dan Nilton Santos di kiri,
Bellini di tengah menjadi trio maut yang mengawal lini pertahanan Brazil
di World Cup 1958. Tak heran, saat itu nama ketiganya masuk dalam Team
of the Tournament.
Left Back: Nilton Santos
Nilton Santos adalah jaminan di posisi bek kiri Brazil. Sampai saat
ini, tidak ada lagi bek kiri tim Samba yang selegendaris dia. Mungkin
hanya Roberto Carlos yang mampu mendekatinya. Bersama Djalma Santos dan
Bellini, pada tahun 1958 Nilton Santos mempersembahkan trofi Jules Rimet
yang pertama bagi bolamania Brazil.
Central Midfielder: Didi
Didi adalah deep-lying playmaker terbaik yang pernah dihasilkan oleh
Brazil. Pemain yang dijuluki “Mr. Football” ini menjadi juara dunia dua
kali bersama Brazil tahun 1958 dan 1962, serta menjadi pemain terbaik di
World Cup 1958.
Central Midfielder: Gerson
Jika Didi adalah deep-lying playmaker terbaik yang pernah dimiiki
Brazil, maka Gerson adalah penerusnya yang sempurna. Pemain yang
dijuluki “Golden Left Foot” ini adalah otak permainan tim Samba saat
menjadi juara dunia yang ketiga kalinya di Meksiko tahun 1970.
Attacking Midfielder: Zico
Zico adalah salah satu talenta terbesar milik Brazil yang tidak
pernah memenangi Piala Dunia. Sangat disayangkan, dia gagal membawa tim
Samba menjadi juara di World Cup 1982 dan 1986. Tapi itu tidak berarti
membuatnya tak layak masuk dalam tim terbaik Brazil sepanjang masa. Si
Pele Putih ini adalah salah satu seniman lapangan hijau terbaik yang
pernah ada.
Right Forward: Garrincha
Garrincha adalah penyebab utama keberhasilan Brazil menyabet trofi
World Cup untuk kedua kalinya tahun 1962. Pemain paling kontroversial,
paling berbakat, dan sekaligus paling dicintai oleh publik Brazil
sepanjang masa. Garrincha, Joy of the People.
Centre Forward: Ronaldo
Ronaldo adalah striker paling fenomenal yang pernah dimiliki Brazil.
Setelah secara mengejutkan gagal di final World Cup 1998, Ronaldo seakan
bangkit dari kubur dan membawa Brazil menjadi raja dunia, meraih World
Cup yang kelima tahun 2002.
Left Forward: Pele
Rekor tiga trofi World Cup adalah bukti kehebatan Pele. Meski
kemampuannya sebagai komentator dan analis sepak bola tidak berbanding
lurus dengan skill-nya di lapangan hijau, bersama Garrincha, dia adalah
talenta terbesar yang pernah dihasilkan oleh Brazil.
Coach: Mario Zagallo
Mario Zagallo adalah satu-satunya manusia di bumi yang mengoleksi
empat gelar Piala Dunia: dua kali juara dunia sebagai pemain (1958 dan
1962), sekali sebagai pelatih (1970), dan sekali sebagai assisten
pelatih (1994). Sebuah rekor yang bakal sulit dipecahkan oleh orang lain
sampai kapan pun juga.
Tim Impian Italia
Goalkeeper: Gianluigi Buffon
Ada tiga penjaga gawang kelas dunia yang pernah dimiliki Italia:
Gianpiero Combi, Dino Zoff, dan Gianluigi Buffon. Ketiganya adalah juara
dunia dan mewakili era yang berbeda-beda. Tetapi, jika harus memilih
salah satu, Gianluigi Buffon adalah jawabannya. Aksi fantastisnya saat
World Cup 2006 dan kegemilangannya mengawal gawang Juventus dalam satu
dekade terakhir menjadi bukti yang tak terbantahkan. Mungkin di masa
yang akan datang, penghargaan Lev Yashin Award harus diganti menjadi
Gianluigi Buffon Award.
Right Back: Tarcisio Burgnich
Italia termasuk jarang menghasilkan bek kanan kelas dunia. Tarcisio
Burgnich adalah sebuah pengecualian. Penampilan gemilangnya turut
mengantarkan Italia merebut juara Eropa tahun 1968 dan menembus final
Piala Dunia tahun 1970. Mungkin hanya Gianluca Zambrotta, bek kanan
Italia di tahun 2000an, yang performanya mendekati Tarcisio Burgnich.
Centre Back: Gaetano Scirea
Bersama Franco Baresi, Gaetano Scirea adalah libero terbaik yang
pernah dimiliki Italia. Bedanya, Baresi gagal mempersembahkan trofi
World Cup buat Italia, sedangkan Scirea sukses mengawal lini belakang
Gli Azzurri saat menjadi juara dunia tahun 1982. Di tingkat klub, Scirea
menjadi legenda Juventus merajai sepak bola Italia di akhir 1970an dan
awal 1980an.
Centre Back: Fabio Cannavaro
Kokohnya tembok pertahanan yang digalang Fabio Cannavaro di Jerman
tahun 2006 adalah kunci sukses Italia menggenggam trofi World Cup
keempatnya. Tak pelak, pemain yang akhirnya dijuluki “the Berlin Wall”
ini pun dinobatkan sebagai peraih Ballon D’Or tahun itu. Sebuah prestasi
langka bagi seorang defender.
Left Back: Paolo Maldini
Giacinto Facchetti mempersembahkan trofi Piala Eropa, Antonio Cabrini
mempersembahkan trofi Piala Dunia, sedangkan Paolo Maldini, senasib
dengan Franco Baresi, tidak mempersembahkan trofi apa-apa bagi Gli
Azzurri. Tapi jika harus memilih salah satu, Paolo Maldini adalah bek
kiri terbaik yang pernah diproduksi Italia. Rekornya menjuarai Champions
League 5 kali bersama AC Milan akan sulit disamai oleh pemain mana pun
saat ini.
Central Midfielder: Marco Tardelli
Film “Scream” mungkin terinspirasi dari teriakan Macro Tardelli
setelah membobol gawang Jerman di final World Cup 1982. Sebuah teriakan
yang akhirnya mejadi salah satu momen yang tak terlupakan dalam sejarah
sepak bola dunia. Tapi bukan karena teriakan itu Tardelli masuk dalam
tim impian ini. Semangat dan kerja keras pantang menyerah dalam merebut
bola adalah dua kelebihan utama yang dimiliki oleh Tardelli.
Central Midfielder: Andrea Pirlo
Andrea Pirlo adalah deep-lying playmaker kelas dunia yang sulit
dicari penggantinya di Italia. Dialah sutradara permainan Gli Azzurri
saat meraih kejayaan di World Cup 2006. Bersama AC Milan, Pirlo dua kali
menjadi juara Eropa dan musim lalu dia membawa Juventus menjadi juara
Serie A tanpa terkalahkan. Sebuah kepuasan tiada tara bagi pecinta bola
bisa menikmati orkestra lapangan hijau yang dipersembahkan oleh Pirlo.
Attacking Midfielder: Gianni Rivera
Gianni Rivera adalah golden boy sepak bola Italia di era 1960an.
Peraih Ballon D’Or tahun 1969 ini turut mengantarkan Gli Azzurri meraih
trofi Piala Eropa 1968. Kemampuannya dalam mengatur permainan dari
lapangan tengah membuatnya menjadi aktor utama kesuksesan AC Milan pada
jaman itu.
Right Forward: Giuseppe Meazza
Giuseppe Meazza adalah fantasista Italia di era jadul alias era
sebelum World War II. Dua kali membawa Gli Azzurri menyabet World Cup
1934 dan 1938 adalah prestasi puncaknya. Atas kehebatannya menggocek
bola dan mencetak gol, Meazza disebut sebagai natural showman. Menurut
para penggila bola saat itu, menonton Meazza ibarat menonton penari yang
meliuk-liuk di atas lapangan hijau. Nama Giuseppe Meazza saat ini
diabadikan sebagai nama stadion di San Siro, Milano.
Centre Forward: Paolo Rossi
Hat-trick Paolo Rossi saat World Cup 1982 ke gawang Brazil mungkin
masih membuat galau para pendukung tim Samba sampai saat ini. Ya,
keganasan Rossi menjadi mimpi buruk bagi the Dream Team Brazil yang
disebut-sebut sebagai unggulan utama menjadi juara dunia saat itu.
Akibat tiga gol Rossi, Brazil gagal melangkah ke semifinal dan Rossi
akhirnya membawa Italia menjadi juara dunia sekaligus menjadi top skor
World Cup 1982.
Left Forward: Roberto Baggio
Roberto Baggio disebut-sebut sebagai pemain dengan bakat terhebat
yang pernah dihasilkan oleh Italia. Ballon D’Or tahun 1993 diraihnya
setelah membawa Juventus menjadi juara UEFA Cup saat itu. Tetapi sayang,
di final World Cup 1994, tendangan penaltinya melayang di udara,
sekaligus melayang juga impiannya menjadi juara dunia bersama Italia.
Meskipun demikian, kegagalan itu tidak menutupi kehebatan Baggio sebagai
salah satu pesepak bola terbaik yang pernah ada di dunia.
Coach: Marcello Lippi
Marcello Lippi adalah salah satu dari sedikit pelatih yang berhasil
mengawinkan gelar Champions League (bersama Juventus tahun 1996) dan
World Cup (bersama Italia tahun 2006). Keahliannya meracik taktik
sehingga menggapai sukses ganda di tingkat klub dan tim nasional mungkin
hanya bisa disamai oleh pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque.
Itulah tim impian Brazil dan Italia versi saya. Siapakah yang bakal
menang jika keduanya dipertemukan? Biarlah the God of Football yang
menentukan.